Rabu, 14 Juli 2010

IMUNOMODULATOR BUKAN SUPLEMEN

IMUNOMODULATOR BUKAN SUPLEMEN

Pemberian imunomodulator diyakini mampu “mendongkrak” daya tahan tubuh. Namun, apa jadinya jika imunomodulator tersebut diberikan kepada balita yang sehat?

Imunitas Tubuh

Sebelum membahas tentang imunomodulator, kita bahas dulu definisi system imunitas tubuh. Jadi, system imunitas tubuh berarti sel, jaringan atau organ yang memroteksi tubuh dari invansi organisme jahat seperti patogen, bakteri, parasit dan racun.
System imunitas tubuh berkembang sesuai dengan umur manusia.pada bayi dan balita, sistem kekebalan tubuh masih begitu lemah. Namun, pada saat dewasa (17-50tahun) maka sistem kekebalan tubuhnya akan optimal. Setelah itu, di usia tua (diatas 50tahun) sistem imun kembali melemah.
Sistem imunitas atau kekebalan tubuh sendiri terbagi dua, yaitu:
1. Sistem Imunitas Tidak Spesifik
Sistem kekebalan tidak spesifik berperan dalam menangkal masuknya bermacam-macam zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat menimbulkan kerusakan tubuh. Sistem kekebalan jenis ini adalah pertahanan (kulit dan selaput lender), kimiawi (enzim dan keasaman lambung), mekanik (gerakan usus dan rambut getar selaput lendir), serta zat komplemen yang berfungsi memusnahkan kuman dan zat asing.
2. Sistem Kekebalan Spesifik
Bila kuman atau zat asing yang masuk tidak bisa ditangkal oleh sistem kekebalan tubuh tidak spesifik karena terjadi luka pada kulit atau gangguan asam lambung, maka beraksilah sistem kekebalan tubuh yang tingkatannya lebih tinggi atau spesifik. Namun, kekebalan spesifik ini hanya mampu berperan pada kuman atau zat asing yang sudah dikenalnya. Maksudnya, kuman tersebut sudah lebih dari sekali masuk ke dalam tubuh manusia tersebut.
Walau setiap manusia sudah memiliki sistem imunitas,namun sistem tersebut tak selalu dalam keadaan seimbang. Terlebih pada anak-anak dan balita. Gangguan pada sistem kekebalan tubuh sebenarnya bisa diketahui sejak lahir (primer), namun ada juga gangguan kekebalan yang bersifat sekunder, yaitu muncul setelah kelahiran. Misalnya akibat infeksi campak atau AIDS, gizi buruk, kanker dan lain-lain.

Imunomodulator vs Imunitas Tubuh

Dr. Zakiuddin Muniasir, SpA(K) dari Subbagian Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM menekankan, sebenarnya tubuh manusia memang memiliki zat yang secara otomatisakan menormalkan sistem imun. Jadi, kalau imunitasnya sedang turun, maka akan ditingkatkan, dan kalau sistem kekebalan tubuhnya lagi tinggi maka akan diturunkan. “hanya saja, terkadang tubuh tidak berhasil menormalkan sistem imunnya sendiri. Maka, carilah cara menormalkan sistem imun tersebut dengan menggunakan imunomodulator.”
Jadi, imunomodulator bisa diartikan sebagai agen yang mampu memodifikasi atau mempengaruhi fungsi sistem imunitas tubuh. Peran imunomodulator sendiri ada dua, yaitu: sebagai immunosupressan atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan. Dan, sebagai immunostimulan, yaitu menguatkan sistem daya tahan tubuh.
Produk imunomodiator ini bisa dibuat dari bahan sintetik dan alami, yaitu dari tanaman. Tanaman meniran atau phyllanthus niruri L ternyata memiliki efek meningkatkan kekebalan tubuh. Begitu pula dengan tanaman echinaceae yang dikenal oleh suku bangsa Indian. Di Amerika dan Eropa sendiri sudah lama beredar makanan kesehatan herbal dari tanaman ini yang digunakan sebagai penguat sitem imun kala seseorang sedang terkena flu. Namun penggunaannya terbilang ketat dan produk tersebut dibatasi hanya untuk seminggu saja.
Dr. Zaki berkeyakinan, penggunaan imunoodulator yang berasal dari bahan herbal atau tanaman masih diperdebatkan. “Soalnya, banyak sekali bahan aktif yang terkandung pada masing-masing tanaman yang diklaim mengandung imunomodulator. Sehingga sulit untuk menentukan komponen mana yang benar-benar mempunyai efek tersebut. Tambahan pula, belum banyak uji klinis pada manusia seputar efek zat-zat yang katanya bersifat imunomodulator tersebut.” Ungkapnya.

Obat atau Suplemen?

Sementara itu, akhir-akhir ini penggunaan obat-obatan imunomodulator untuk meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh anak justru semakin marak saja. Bahkan ada susu formula yang mengandung immunoglobulin yang kabarnya juga bisa menguatkan imunitas tubuh anak yang meminumnya. Padahal, “Imunomodulator adalah obat, bukan bukan suplemen yang bisa diminum setiap hari saat tubuh sedang sehat dan bugar. Sebab dalam keadaan sehat, tubuh bisa menyeimbangi sistem imun secara alami.” Tutur Dr. Zaki.
Kenyataan diatas tentu menyadarkan kita betapa masih banyak kemungkinan yang boleh jadi merugikan kesehatan anak, jika kita memberinya imunomodulator meski ia sedang sehat. Sebab, imunomodulator bekerja memacu kerja organ tubuh sehingga menguatkan sistem imunnya. Coba bayangkan jika organ tersebut dipacu terus-menerus, terutama saat tubuh anak sedang tidak sakit, tentu organ itu akan lebih cepat aus. Alhasil, si anak malah gampang terkena panyakit.
Jadi, imunomodulator sebaiknya diberikan pada anak yang menderita sakit infeksi, dan diberikan bersamaan dengan pemberian obat antibiotic, si anak akan segera sembuh lantaran sistem imunnya sedang turun. Dengan menguatkan sistem kekebalan tubuh, diharapkan si anak akan cepat pulih.
Sementara itu, untuk tetap menjaga kekebalan tubuh, konsumsilah makanan 4 sehat 5 sempurna. Ingat, IMUNOMODULATOR BUKAN SUPLEMEN!

1 komentar:

  1. Salah satu merk produk komersial yang membantu perbaikan sistem imun adalah Stimuno untuk balita/anak dan forte untuk dewasa. Sebagai imunomudulator, stimuno memiliki Kontraindikasi, yakni stimuno jangan (tidak boleh) diminum oleh wanita hamil, ibu menyusui, pasien dengan hipersensitivitas terhadap tanaman meniran (Phyllanthus niruri) dan pasien yang menderita penyakit autoimun.

    BalasHapus